BEKERJA SAMA DALAM TEAM WORK (KELOMPOK)
PENGERTIAN KELOMPOK MENURUT BEBERAPA AHLI :
1.Menurut Homans (1950) : kelompok adalah sejumlah
individu berkomunikasi satu dengan yang lain dalam jangka waktu tertentu yang
jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga tiap orang dapat berkomunikasi dengan
semua anggota secara langsung.
2.Menurut Merton, kelompok merupakan sekelompok
orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan, sedangkan
kolektiva merupakan orang yang mempunyai rasa solidaritas karena berbagai niai
bersama dan yang telah memiliki rasa kewajiban moral untuk menjalankan harapan
peran.
3.Menurut Achmad S. Ruky, Kelompok adalah sejumlah
orang yang berhubungan (berinteraksi) antara satu dan yang lainnya, yang secara
psikologis sadar akan kehadiran yang lain dan yang menganggap diri mereka
sebagai suatu kelompok.
2.
Karakteristik Kelompok
Karakteristik Kelompok (Sorsyth, 1979), yaitu:
1. Interaksi → Fisik, verbal, nonverbal, emosional
2. Struktur → Pola hubungan yang stabil diantara anggota
- Role yang telah
diharapkan dan seseorang yang telah menduduki
- Norma : Aturan yang
mengidentifikasi atau mendeskripsikan perilaku yang tepat
- Relasi antar anggota
3. Tujuan
- Intrinsik
- Ekstrinsik (tujuan
bersama):
a. Faktor pemersatu
paling kuat (ex: olah raga)
b. Memotivasi perilaku
tertentu sehingga tujuan tercapai
4. Groupness → entitavity (kesatuan) : Tingkat
dimana kesatuan kekuatan
tunggal menyatu
5. Ketergantungan Dinamis
3. Tahapan Pembentukan Kelompok
Tahap-tahap Pembentukan Kelompok
Model pembentukan suatu kelompok pertama kali
diajukan oleh Bruce Tackman pada
1965. Teori ini dikenal sebagai salah satu teori
pembentukan kelompok yang terbaik
dan menghasilkan banyak ide-ide lain setelah konsep
ini dicetuskan.
Teori ini memfokuskan pada cara suatu kelompok
menghadapi suatu tugas mulai dari
awal pembentukan kelompok hingga proyek selesai.
Selanjutnya Tuckman menambahkan tahap kelima yaitu
adjourning dan transforming
untuk melengkapi teori ini.
Tahap 1 – Forming
Pada tahap ini, kelompok baru saja dibentuk dan
diberikan tugas. Anggota kelompok
cenderung untuk bekerja sendiri dan walaupun
memiliki itikad baik namun mereka
belum saling mengenal dan belum bisa saling percaya.
Waktu banyak dihabiskan untuk
merencanakan, mengumpulkan infomasi dan mendekatkan
diri satu sama lain.
Tahap 2 – Storming
Pada tahap ini kelompok mulai mengembangkan ide-ide
berhubungan dengan tugas
yang mereka hadapi. Mereka membahas isu-isu semacam
masalah apa yang harus
merka selesaikan, bagaimana fungsi mereka masing-masing
dan model kepemimpinan
seperti apa yang dapat mereka terima. Anggota
kelompok saling terbuka dan
mengkonfrontasikan ide-ide dan perspektif mereka
masing-masing.
Pada beberapa kasus, tahap storming cepat selesai.
Namun ada pula beberapa
kelompok yang mandek pada tahap ini.
Tahap storming sangatlah penting untuk perkembangan
suatu kelompok. Tahap ini bisa
saja menyakitkan bagi anggota kelompok yang
menghindari konflik. Anggota kelompok
harus memiliki toleransi terhadap perbedaan yang
ada.
Tahap 3 – Norming
Terdapat kesepakatan dan konsensus antara anggota
kelompok. Peranan dan tanggung
jawab telah jelas. Kelompok mulai menemukan haromoni
seiring dengan kesepakatan
yang mereka buat mengenai aturan-aturan dan
nilai-nilai yang digunakan.
Pada tahap ini, anggota kelompok mulai dapat
mempercayai satu sama lain seiring
dengan mereka melihat kontribusi penting
masing-masing anggota untuk kelmpok.
Tahap 4 – Performing
Kelompok pada tahap ini dapat berfungsi dalam
menyelesaikan pekerjaan dengan
lancar dan efektif tanpa ada konflik yang tidak
perlu dan supervisi eksternal. Anggota
kelompok saling tergantung satu sama lainnya dan
mereka saling respek dalam
berkomunikasi.
Supervisor dari kelompok ini bersifat partisipatif.
Keputusan penting justru banyak
diambil oleh kelompok.
Tahap 5 – Adjourning dan Transforming
Ini adalah tahap yang terakhir dimana proyek
berakhir dan kelompok membubarkan
diri. Kelompok bisa saja kembali pada tahap manapun
ketika mereka mengalami
perubahan (transforming). Misalnya jika ada review
mengenai goal ataupun ada
perubahan anggota kelompok.
Keunggulan dari teori ini adalah menjadi suatu
pedoman dalam pembentukan suatu
kelompok. Sementara itu keterbatasannya antara lain:
· Model ini didesain untuk menjelaskan tahap-tahap
yang terjadi pada kelompok
dengan ukuran kecil
· Pada kenyataannya, proses kelompok tidak linear
seperti penjelasan pada teori
Tuckman, namun lebih bersifat siklus.
· Karakteristik tiap tahap tidak selalu saklek
seperti itu. Karena model ini
berkaitan dengan perilaku manusia, maka kadang tidak
jelas ketika sebuah
kelompok berpindah dari satu tahap ke tahap lainnya.
Mungkin saja terjadi
tumpang tindih antar tahap tersebut.
·
Model ini tidak memperhitungkan peranan yang harus diambil individu dalam
kelompok
· Tidak ada pedoman mengenai jangka waktu mengenai
perpindahan dari satu
tahap ke tahap lainnya.
4. Kekuatan Team Work
Teamwork disini artinya kemampuan bekerjasama untuk
menuju satu visi yang sama dan hal ini hal ini hanya akan terbangun jika setiap
individu dan unit kerja di dalam perusahaan menyadari bahwa mereka tidak
mungkin mampu mencapai tujuan perusahaan secara sendiri-sendiri. Tiap individu
atau tiap unit memang memiliki tujuan masing-masing. Akan tetapi, dalam
teamwork yang efektif, tujuan masing-masing kelompok akan muncul sebagai target
bersama dan menimbulkan ketergantungan satu dengan yang lainnya secara positif.
Secara umum, untuk membangun teamwork yang solid
dibutuhkan beberapa syarat :
1. Jangan bersikap individualistis.
Dalam suatu tim yang solid, kita tidak boleh
menunjukkan ego masing-masing. Setiap anggota tim harus keluar dari diri
sendiri dan masuk ke dalam kesatuan tim. Adanya kesediaan untuk saling
menghormati, saling memaafkan saling menerima kekurangan, dan memberi pelayanan
satu sama lain. Dalam kondisi ini perlu ada kesediaan individu untuk
meninggalkan kepentingan pribadi demi kepentingan yang lebih besar yaitu
perusahaan.
2. Berikan kontribusi
Keberhasilan suatu teamwork hanya bisa dicapai
karena adanya kontribusi dari setiap individu yang terlibat. Untuk itu setiap
anggota tim harus mampu berperan sesuai dengan kompetensinya, sehingga satu
sama lain bisa saling melengkapi. Masing-masing unit harus menjalankan tugas
dan tanggung jawab, saling menyelaraskan antara upaya yang telah dilakukan satu
unit dengan upaya unit lain dalam satu tim sehingga apa yang menjadi sasaran
perusahaan dapat tercapai. Kebersamaan tim hanya dapat terwujud, manakala
setiap orang atau unit dapat memainkan perannya semaksimal mungkin, dapat
mengisi kekurangan unit lain dan bukannya saling menyalahkan.
3. Bersikap fleksibel
Dalam suatu tim, kita harus mampu bersikap
fleksibel. Ada kesediaan untuk beradaptasi dengan tuntutan lingkungan. Misalnya
dulu biasa dilayani, sekarang harus merubah paradigma yaitu ada kesediaan untuk
melayani. Selain itu kita juga perlu kreatif, bila satu cara tidak memberikan
hasil, kita harus mampu mencari cara lain yang lebih efektif. Selalu ada
keinginan mencoba gagasan baru dan cara-cara baru. Kita tidak boleh kaku dan
terpaku pada kebiasaan lama atau keberhasilan masa lalu. Setiap tim harus
menjadi ‘learning community’ artinya mereka harus cepat memetakan situasi serta
mempelajari ketrampilan baru yang diperlukan untuk menjadi pemenang dalam
situasi persaingan.
4. Komunikasi
Ketika seluruh anggota tim tidak mementingkan diri
sendiri, mampu bersikap fleksibel dan beradaptasi satu sama lain, maka tim
mampu bersatu dalam kebersamaan. Untuk menjadi tim yang kuat, satu sama lain
harus saling mengerti, saling memahami, saling memuji. Komunikasi adalah cara
untuk saling mengenali satu sama lain. Dalam prosesnya, hubungan yang erat,
dimana satu sama lain saling mengenal dengan baik, saling memahami sehingga
dapat membaca apa yang sedang dibutuhkan yang lain tanpa harus mengatakannya.
5. Komitmen
Setiap anggota harus memberikan komitmen yang tinggi
dalam mencapai tujuan perusahaan. Hal ini ditandai dengan sikap loyal, semangat
untuk mencapai tujuan, berupaya untuk menampilkan hasil kerja yang berkualitas
dan sempurna, bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukannya dan disiplin.
6. Kepercayaan dan Saling Menghargai
Dengan saling percaya dan saling menghormati, tidak
ada musuh yang dapat mengalahkan kita. Dalam satu tim, kita harus menunjukkan
kasih sayang dan kepedulian. Setaip anggota tim dapat saling bergantung dan
berpegang bersama menempuh berbagai tekanan, menghadapi perlawanan, menghadapi
persoalan, baik dari dalam maupun dari luar perusahaan.
7. Patuhilah Pemimpin
Dalam suatu tim, peran kepemimpinan juga cukup
penting. Bagaimana sasaran bisa tercapai bila tidak ada pemimpin yang mampu
menggerakkan anggotanya untuk mencapai sasaran perusahaan. Dalam kerja tim,
anggota tim harus bersedia mematuhi pemimpinnya. Meski demikian, ini tidak
berarti pemimpin harus menjadi tiran, yang hanya memaksakan kehendak, dan
anggota hanya sebagai hamba saja. Pemimpin dan pemain adalah partner, dengan
peran yang berbeda. Tetapi apabila anggota tim menentang, mengabaikan atau
menggerogoti wibawa kepemimpinan, maka kebersamaan tim akan terpecah belah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar